Senin, 04 Mei 2015

Laporan DDIT Porositas Tanah

laporan DDIT (porositas tanah)


I.           PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanah secara fisik terdiri dari padatan, cairan dan gas. Berupa padatan sebagai bahan organik dan organik. Sebagai cairan seperti berbagai macam garam dan senyawa yang larut dalam tanah. Sedangkan berupa gas seperti udara di dalam tanah yang mengisi pori-pori antara butiran yang tidak terisi oleh air tanah.
Pori tanah adalah ruang antara butiran padat tanah.  Pori ditempati oleh udara dan air. Pada umumnya pori-pori besar terisi udara kecuali bila tanah seluruhnya tergenang air, dan pori-pori kecil berisi air, kecuali bila sangat kering.
Ruang pori tanah adalah bagian isi tanah yang tidak terisi oleh arah padatan, tetapi oleh udara dan air. Pada umumnya jumlah pori ditentukan oleh susunan butir-butir padat. Kalau mereka cenderung erat satu sama lain seperti dalam pasir atau subsoil yang padat porositas totalnya rendah kalau tersusun dalam agregat yang bertekstur sedang yang besar kandungan bahan organiknya, ruang pori per satuan volume akan tinggi.
Pori-pori tanah terbagi menurut besar kecilnya ruangan atau rongga antar partikel tanah, pori terbagi menjadi tiga kelompok yaitu: (1) pori makro atau pori besar, (2) pori meso atau pori sedang, dan (3) pori mikro atau pori kecil.  Masing-masing kelompok ini menempati lapisan-lapisnaan tanah yang berbeda.  Pada lapisan pertama banyak terdapat pori makro dan pori mikro hampir tidak ada.  Lapisan kedua pada umumnya pori meso banyak dan juga ada pori mikro dan pori makro tetapi tidak terlalu banyak.  Yang menempati pori-pori tanah ini tergantung pada musim.  Hampir semua musim dipengaruhi oleh udara, walaupun ditempati udara tetepi sebagian kecil masih terdapat air, terutama pada musim hujan banyak terdapat pori mikro.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilaksanakan praktikum porositas tanah untuk mengetahui lebih jauh bagaimana porositas yang terjadi pada  beberapa jenis tanah.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum porositas adalah untuk mempelajari tingkat porositas tanah pada inceptisol dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kegunaannya adalah untuk memberikan pengetahuan dasar tentang penentuan porositas tanah dan mengetahui bagaimana hubungan porositas dengan tingkat kesuburan tanah.
II.        TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Porositas
Porositas tanah adalah persentase volume tanah yang tidak ditempati butiran padat. Susunan butiran tanah juga menentukan jumlah dan sifat pori. Ukuran pori-pori liat kecil dan dapat menahan air, tetapi permeabilitasnya sangat lambat, sebaliknya pasir mempunyai pori-pori yang besar tetapi daya menahan airnya kurang (Pairunan, dkk. 1997).
Ruang pori total adalah volume dari tanah yang ditempati oleh udara dan air. Persentase ruang pori total disebut PorositasUntuk menentukan porositas ”Cores”, tanah ditempatkan pada tempat berisi air sehingga jenuh dan kemudian ”Cores” ditimbang. Perbedaan berat antara keadaan jenuh dan cores yang kering oven merupakan volume ruang pori untuk tanah (Kemas, 2007)
 Ruang pori-pori tanah adalah bagian yang diduduki udara dan air. Jumlah ruang pori-pori ini sebagian besar ditentukan oleh susunan butiran-butiran padat. Kalau letak satu sama lain erat seperti pasir atau subsoil yang porositasnya rendah. Kalau tersusun dalam agregat yang tergumpal bahan organiknya, ruang pori per satuan volume akan tinggi (Buckman dan Brady, 1982).
Pori-pori tanah dapat dibagi menjadi dua macam yaitu pori-pori besar yang merupakan pori yang berisi udara dan air gravitasi. Pori ini tidak menahan air dengan gaya kapiler sehingga sering disebut sebagai pori aerase atau pori non kapiler. Jenis pori yang kedua yaitu pori halus yang merupakan pori yang berisi
udara dan air kapiler sehingga disebut juga pori kapiler. Pori mampu menahan air dalam tanah. Tanah yang baik adalah yang seimbang antara pori aerasi dan pori kapilernya (Hardjowigeno, S. 1992).
Air tersimpan atau tertekan dalam pori karena adanya gaya kapiler. Pori-pori besar yang tidak menahan air dengan gaya kapiler disebut dengan pori nonkapiler atau pori aerase atau gaya-gaya kapiler yang dinamakan pori kapiler atau pori mikro. (Hakim, dkk, 1986)
2.2.  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Porositas Tanah
Porositas tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang salah satu diantaranya adalah keadaan tekstur  tanah. Tanah yang bertekstur ganuler atau  remah memiliki tingkat porositas yang lebih tinggi daripada tanah yang bertekstur massive (pejal) dengan tingkat porositas tanah yang kecil.  Kedua tipe tekstur tanah tersebut  memiliki perbedaan dalam hal ruang/pori yang didalamnya terdapat air dan udara. Tanah yang bertekstur ganuler memiliki ruang/pori tanah yang besar berisi udara dan kadar air yang lebih sehingga menunjung tanaman dalam perkembangannya, sedangkan tanah bertekstur massive dengan tingkat pori yang lebih kecil serta kandungan air yang sedikit dan sangat mudah untuk hilang sehingga tanaman mudah kering (Pairunan, dkk., 1997).
Porositas suatu lapisan tanah juga dipengaruhi oleh ada tidaknya  perkembangan struktur granular pada tiap lapisan horizon tanah yang akan memberikan hasil porositas total yang tinggi dan dapat meningkatkan jumlah pori mikro dan pori makro suatu lapisan tanah. Sehingga, pada suatu lapisan tanah dengan struktur remah atau kersai sangat berpengaruh dalam penentuan porositas karena dengan struktur tanah tersebut umumnya mempunyai porositas yang besar  (Hakim, dkk. 1986).
            Nilai suatu  porositas berbanding lurus dengan besar kecilnya struktur tanah. Tanah dengan struktur kersai membuat tingkat porositas semakin tinggi, sedangkan bilamana struktur tanah rendah maka nilai porositasnya juga akan menurun    (Pairunan, dkk. 1997).
            Penentuan  Porositas tertuju pada partikel-partikel yang ada di dalam lapisan tanah. Jadi Porositas tiap jenis tanah  adalah konstan dan tidak bervariasi dengan jumlah ruang dan antara partikel-partikel. Untuk kebanyakan tanah-tanah mineral rata-rata kerapatan zahranya adalah 2,6 gr/cm3.  Perbedaan  kerapatan dengan zahra diantara jenis-jenis tanah tidak begitu besar, kecuali terdapat variasi di dalam kandungan bahan organik dan komposisi mineral tanah (Sarwono, 2003).
Salah satu pentingnya dilakukan pengolahan tanah adalah untuk memperbesar porositas tanah. Selain pengolahan tanah, adapun cara lain yang dilakukan untuk memperbesar porositas tanah yaitu dengan penambahan bahan organik dan pengolahan tanah secara minimum. Karena tanah pertanian dengan pengolahan yang intensif cenderung mempunyai ruang pori rendah, apabila terjadi penanaman secara terus-menerus tanpa adanya pengolahan tanah maka akan mengurangi pori-pori mikro dan kandungan bahan organik dalam tanah (Hakim, dkk. 1986).
III.     METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.Tempat dan Waktu
Praktikum porositas Tanah dilaksanakan di Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pada hari Kamis, 11 November 2010,  pukul 15.00  WITA-selesai.
3.2.  Alat dan Bahan
Adapu alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
·         Timbangan digunakan sebagai alat untuk menimbang sampel tanah utuh
·         Oven digunakan sebagai alat untuk mengeringkan sampel tanah utuh Ring
·         sampel digunakan sebagai wadah untuk mengambil sampel tanah.
·         Mistar pengukuran digunakan sebagai alat mengukur tinggi dan jari-jari ring sampel.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel tanah dan air.
3.3  Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada percobaan ini adalah :
1.      Menghitung nilai bulk density dan partikel density contoh tanah.
2.      Menghitung porositas dengan persamaan :
porositas  =  1 –  x 100%
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan pada porositas tanah maka diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel. Perhitungan Porositas Pada Tanah Inceptisol
                  Lapisan
                  porositas
                  l
                  45%
4.2 Pembahasan
Pada tanah Inceptisol lapisan mempunyai nilai porositas 45%, hal ini terjadi karena pada tanah ini memiliki lapisan organik rendah dan porositas tanah juga dipengaruhi oleh tekstur. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno, S. (1987), yang mengemukakan bahwa porositas tanah tinggi jika bahan organiknya tinggi pula, tanah dengan struktur granular dan remah mempunyai porositas yang lebih tinggi dari pada tanah dengan strukutr. Tanah dengan struktur pasir mempunyai pori-pori mikro sehingga sulit menahan air. Pairunan A, K, dkk (1985), juga menambahkan bahwa pengolahan tanah juga sementara dapat memperbesar porositas, namun dalam jangka waktu yang lama  akan menyebabkan menurunnya porositas. Oleh karena itu untuk memperbesar porositas tanah tindakan yang perlu dilakukan adalah dengan penambahan bahan organik atau melakukan pengolahan tanah yang minimum.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada praktikum penetapan nilai porositas tanah,  maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a.       Tanah inceptisel lapisan I memiliki nilai porositas tanah sebesar 45%.
b.      Faktor-faktor yang mempengaruhi porositas tanah adalah kandungan bahan organik, struktur dan tekstur tanah.
5.2 Saran       
Sebaiknya, dalam ptaktikum Porositas digunakan juga tanah alfisol dengan berbagai lapisan agar dapat menjadi perbandingan antara nilai porositasnya


DAFTAR PUSTAKA
Hakim N, Nyapka M.Y., Lubis A.M, Nugroho S.G, Saul M.R, Dina M.A, Hong G.B, Bailey H.H., 1986, Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung, Lampung.
Hardjowigeno, S., 1992. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Kemas, A.H., 2007, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Pairunan, Anna, K., Nanere, J, L., Arifin., Solo, S, R. Samosir, Romoaldus Tangkaisari, J. R Lalapia Mace, Bachrul Ibrahim., Hariadji Asnadi., 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur, Makassar.
Sarwono, H., 2003, Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Presindo. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar